Pertanyaan yang Efektif
“Malu bertanya sesat di jalan” adalah pepatah yang sudah tidak asing
lagi kita dengar ditelinga kita. Pepatah itu menunjukkan betapa pentingnya.
Tetapi kita tentunya tidak sembarang bertanya, bagaimana supaya pertanyaan yang
kita berikan dijawab dan menjawab apa yang kita inginkan. Apalagi sebagai
seorang guru diharapkan pertanyaan yang kita berikan memberikan ketrampilan,
pengetahuan, dan sikap yang lebih baik bagi anak didik.
Dalam pembelajaran bertanya sangat penting meningkatkan karakteritik
bertanya yang “menuntut siswa berpikir, tidak sekedar mengingat dan
menyebutkan” serta “Bersifat atau mengarah pada pertanyaan yang open-ended”. Karena dengan memberikan pertanyaan yang
meminta siswa untuk berpikir akan melatih siswa berbicara, berpikir lebih tajam
dan kedepan akan menjawab masalah-masalah yang dihadapinya dengan lebih banyak
berpikir. Dan dengan melatih siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang terbuka,
siswa akan lebih kreatif dalam berpikir untuk menjawab masalah bukan hanya
dengan satu cara tetapi bisa memberikan alternatif penyelesaian masalah yang
lain bila cara yang pertama tidak menyelesaikan masalah.
Terkadang kita memberikan pertanyaan-pertanyaan yang tidak efektif
dalam pembelajaran, contohnya pada saat pembelajaran kita berungkali menanyakan
“sudah mengerti?” dengan serentak siswa menjawab “sudah” tetapi pada saat
diberikan tugas, siswa belum bisa menjawab pertanyaan tentang materi pelajaran
tersebut. Bukankah akan lebih baik jika kita langsung memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut materi agar kita tahu apakh secara umum
siswa mengerti temtang materi yang sudah diberikan.
Setelah pembelajaran melalui diklat online ini banyak hal yang sudah
dipelajari, yang natinya akan diterapkan langsung pada saat pembelajaran di
sekolah. Misalkan dengan mengganti cara bertanya yang kurang efektif selama ini
menjadi bertanya yang efektif yaitu bertanya dengan menghindari :
- Hindari pertanyaan yang tertutup, misalnya ya/tidak,
atau pertanyaan tertutup (mengisi titik-titik).
- Hindari pertanyaan yang memandu siswa pada jawaban atau
memberi petunjuk (clue) pada jawaban. Siswa perlu belajar dan
berpikir di dalam matematika, tidak selalu harus dibimbing. Guru harus
memberi kepercayaan pada mereka dan memberi kesempatan pada mereka untuk
menjawab. Hal yang dibutuhkan adalah dorongan bagi mereka.
- Hindari pertanyaan yang terpusat pada guru. Arahkan
siswa bahwa merekalah yang memiliki kepentingan dengan pertanyaan
tersebut. Misalnya, “jelaskan pada teman-temanmu bahwa ...”, “coba
yakinkan dirimu, mengapa.... “.
- Hindari memberi label mudah atau sulit pada pertanyaan
yang diajukan. Ini dapat membuat siswa tidak mengerahkan perhatian yang
maksimal untuk menjawab pertanyaan.
- Jangan pernah menjawab sendiri pertanyaan yang
diajukan. Usahakan siswa dapat menjawabnya walaupun pada akhirnya dengan
sedikit bantuan dari guru.
- Hindari memberi judgment salah pada jawaban
siswa. Akan lebih positif, dengan menganggap jawaban siswa belum tepat
sehingga mengundang mereka untuk berpikir ulang dan melakukan usaha
kembali menjawab pertanyaan dengan memikirkan mengapa jawaban mereka belum
tepat.
Dan melakukan hal-hal berikut guna mengajukan pertanyaan yang lebih efektif.
- Beri kesempatan yang cukup pada siswa untuk menjawab
soal. Guru jangan terburu-buru menjawab soal yang diajukan. Sadari bahwa
terkadang guru sendiri membutuhkan waktu untuk menjawab soal.
- Tunjukkan perhatian dan keseriusan pada apa atau cara
berpikir siswa.
- Berikan apresiasi pada usaha siswa untuk berpikir,
apapun jawabannya.
- Upayakan siswa berpikir secara mandiri baik secara
sendiri-sendiri maupun berkelompok. Jangan sampai siswa hanya membeo
jawaban temannya.
- Upayakan siswa tidak menjawab secara serentak. Berilah
kesempatan kepada siswa satu per satu.
- Selalu meminta siswa untuk mengemukakan alasannya atau
argumentasi di balik jawabannya.
Artikel ini
adalah bagian dari tugas Diklat Online P4TK Matematika